Laki-laki, Nafkah, dan Jalan Pulang
Ada hal sunyi yang tak banyak dibicarakan, tentang anak laki-laki yang setelah menikah, pelan-pelan kehilangan arah untuk pulang — bukan ke rumah, tapi ke hati orang tuanya. Dulu, saat belum punya apa-apa, ia berkata: “Kalau sudah mapan, aku ingin bahagiakan ibu bapak…” Tapi setelah mapan, setelah rumah tangga dibangun, setelah gaji tetap dan anak-anak lahir satu per satu — janji itu terkubur dalam tumpukan tagihan dan ego. Bukan tidak mampu, tapi seolah lupa bahwa ada wajah tua di kampung halaman yang tak butuh banyak, hanya ingin merasa tak dilupakan. Satu persen dari penghasilan saja, kadang terasa berat. Bukan karena tidak cukup, tapi karena tidak dianggap penting. Dan di sinilah letak ujian seorang istri. Banyak perempuan mendambakan suami yang bertanggung jawab, tapi lupa bahwa salah satu bentuk tanggung jawab suami adalah tetap menunaikan baktinya kepada ibu dan ayahnya. Istri yang baik bukan yang merasa cemburu pada mertua, bukan yang membatasi suami dalam memberi kepada orang ...