April 26, 2025

Refleksi : Bahagia Menjadi Laki-Laki dalam Pandangan Allah

Hari ini, aku kembali diingatkan bahwa kebahagiaanku bukan pada seberapa besar rumahku, seberapa tinggi jabatanku, atau seberapa tebal isi dompetku.
Tapi pada seberapa dekat aku dengan Allah.
Seorang laki-laki sejati adalah ia yang hatinya penuh iman, langkahnya penuh amal, dan lisannya tidak lepas dari zikir.
Ia bahagia karena istrinya menjadi penyejuk mata, anak-anaknya menjadi penyejuk hati, dan rumahnya menjadi tempat sakinah yang diberkahi.

Ia tak mengejar dunia secara buta, tapi mencari rezeki yang halal dengan tangannya sendiri, lalu mensyukuri apa yang Allah beri, sekecil apa pun itu.
Baginya, cukup adalah kekayaan, dan ridha Allah adalah tujuan utama.

Hari ini, aku ingin menjadi laki-laki seperti itu:
Yang tenang hatinya, kuat imannya, dan sabar langkahnya.

"Ya Allah, jadikan aku laki-laki yang Engkau ridhai. Yang sederhana di dunia, tapi mulia di akhirat. Aamiin."

April 25, 2025

Bukan Tidak Mengerti, Hanya Belum Melewati

Bukan mereka tak peduli,
bukan pula tak mengerti...
Mereka hanya belum berjalan di jalan yang sama,
belum merasakan luka di titik yang kamu tempuh.

Kesulitanmu mungkin tak tampak bagi mereka,
karena belum tentu mereka diuji dengan cara yang serupa.
Dan tak apa—tak semua harus mengerti.
Yang penting, kamu tetap kuat dan terus melangkah.

Karena pada akhirnya, yang paling tahu isi hatimu…
adalah Dia yang menciptakanmu.

Allah berfirman:

"Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya."
(QS. Qaf: 16)

Ketika dunia terasa sepi,
ingatlah bahwa Allah tak pernah jauh.
Ia Maha Tahu, bahkan saat tak satu pun manusia memahami.

April 23, 2025

Tenang Bersama Allah

Ketika dunia terasa bising dan hati mulai sesak oleh beban pikiran, kita sering mencari pelarian—entah lewat hiburan, kesibukan, atau bahkan menyendiri dalam keheningan. Tapi ada satu tempat paling damai yang sering kita lupakan: hati yang penuh dzikir.

Allah berfirman:
“Bukankah dengan mengingat Allah, hati menjadi tenang?” (QS. Ar-Ra’d: 28)

Kesehatan mental bukan hanya soal bagaimana kita berpikir, tapi juga tentang bagaimana hati kita merasa. Dan hati yang dekat dengan Allah akan menemukan kekuatan, bahkan di tengah badai yang mengguncang.

Saat kita jatuh, Islam mengajarkan untuk bangkit dengan sabar. Saat gelisah, Islam mengajarkan untuk percaya dan berserah (tawakal). Bukan karena kita lemah, tapi karena kita tahu, kita tidak pernah sendiri. Ada Allah yang Maha Mendengar, bahkan ketika kita hanya bisa menangis dalam diam.

April 21, 2025

Episode 1: CV Overpower

Setelah ratusan lamaran dikirim dan tak ada panggilan, Bono memutuskan strategi baru: bikin CV dalam bahasa Inggris full.
Kata Bono, “Biar keliatan internasional, siapa tahu HRD langsung kagum.”

Akhirnya, jadilah CV-nya begini:

 "I am a highly motivated fresh graduate with ability to work under pressure and underpaid. I can operate Microsoft Word, Microsoft Office, Microsoft Paint, and rice cooker."

Pas dipanggil interview, HRD senyum manis dan bilang,
“Wah, bahasa Inggrisnya lancar ya, Mas Bono?”
Bono jawab dengan penuh percaya diri:
“Lancar banget, Mbak. Apalagi kalau ada koneksi internet.”

April 20, 2025

Curhatan Si Miskin Optimis – Ep. 3]"Tanggal Tua dan Dompet Kosong"


Tanggal muda: hidup masih penuh harapan.
Dompet masih senyum, rekening masih hangat.
Tapi begitu masuk tanggal 23 ke atas…
Dompet mulai miring, rekening tinggal notifikasi "Saldo tidak mencukupi".

Gue scroll Shopee cuma buat liat-liat.
Masukin keranjang, tapi gak pernah check out.
Keranjang isinya udah kayak wishlist hidup:
sepatu baru, skincare, panci teflon, sama impian yang belum kesampean.

Isi dompet?
Ada 2 lembar uang 2 ribuan, 1 koin 500, dan 1 kartu ATM buat gaya doang.

Temen ngajak nongkrong, gue jawab:
“Lagi healing di rumah aja.”
Padahal aslinya:
“Lagi hiling karena duit abis.”

Tapi ya, sebagai si miskin optimis,
gue percaya tanggal tua cuma ujian kesabaran.
Tanggal muda akan datang,
walau biasanya cuma numpang lewat 3 hari.

April 18, 2025

[Curhatan Si Miskin Optimis – Ep. 1]"Ijasah Bukan Jimat"


Dulu waktu wisuda, gue pikir hidup bakal berubah.
Orang-orang tepuk tangan, dosen senyum, gue jalan pake toga kayak pahlawan pulang perang.
Ternyata… pulang-pulang malah perang sama kenyataan.

Ijasah yang gue kira bakal buka pintu rezeki,
ternyata cuma bisa buka toples kenangan.

Ditolak kerja? Udah biasa.
Gagal daftar CPNS? Udah jadi agenda tahunan.
Beli kopi kekinian? Cuma bisa sambil ngelirik, terus beli kopi sachet 3in1 di warung.

Tapi tenang…
Gue masih optimis.
Karena katanya, yang sabar itu akan dapat... bonus XP di akhir game.
Dan siapa tau, Tuhan lagi nyiapin plot twist manis buat hidup gue.

Yang penting sabar. Sama jangan lupa login Shopee jam 12 siang buat dapet gratis ongkir.

April 16, 2025

Ibu Capek Itu Bukan Drama, Tapi Nyata

Ada satu jenis capek yang nggak kelihatan…
Tapi terasa banget.

Namanya mental load.

Itu beban mikir yang nggak pernah berhenti, bahkan pas badan lagi rebahan.
Dan yang paling sering kena?
Ibu.

1. Capek yang Bukan Sekadar Lelah Fisik
Mental load itu saat kamu mikir:
1. Stok diapers tinggal berapa.
2. Besok anak harus bawa baju olahraga 3. Kapan terakhir suami ke dokter gigi 
3. Pulang kerja masih harus mikir masak apa 

Kamu ngerasa harus inget… semuanya.
Padahal kamu juga manusia.

2. Burnout Datang Bukan Karena Lemah, Tapi Karena Kebanyakan Beban
Ibu burnout itu bukan karena nggak bersyukur.
Tapi karena kamu terus-terusan ngasih… sampai lupa ngisi diri sendiri.
Karena semua ditanggung, dipikirin, dirasa, dan… nggak ada jeda.

3. Berhenti Bukan Berarti Menyerah
Ambil napas.
Ambil waktu sendiri.
Minta bantuan.
Delegasikan hal-hal kecil.

Karena kamu nggak harus kuat sendirian.
Dan kamu nggak gagal kalau butuh istirahat.

4. Validasi Diri Itu Perlu
Kalau kamu udah nyapu, beresin mainan, kerja sambil jagain anak, dan tetep sempat senyum…
Kamu luar biasa.

Tapi meski kamu nggak sempat senyum hari ini—kamu tetap berharga.

5. Ibu yang Bahagia = Keluarga yang Lebih Tumbuh
Kamu penting, bukan cuma sebagai istri dan ibu. Tapi sebagai manusia.
Dan keluarga akan lebih kuat kalau kamu juga merasa utuh.

Jangan tunggu burnout baru berhenti.
Kalau kamu capek, itu bukan lebay.
Bukan drama.

Tapi sinyal bahwa kamu udah ngasih terlalu banyak, terlalu lama, tanpa diisi balik.

Karena ibu juga butuh diurus.
Dan kamu layak untuk diistirahatkan, didengarkan, dan dipeluk—bahkan kalau cuma sama dirimu sendiri.

April 12, 2025

Pejabat, Rakyat, dan Cermin Retak

Katanya, pejabat itu cerminan rakyat.
Lucu juga. Soalnya waktu lihat kelakuan mereka yang doyan jalan-jalan pakai uang rakyat, kita cuma bisa geleng-geleng—padahal yang milih kita juga.

Mereka korupsi, kita marah. Tapi pas ada yang bagi sembako atau kaos, langsung baris.
Mereka tipu data, kita baper. Tapi pas disuruh baca berita utuh, malah skip.

Mereka pura-pura kerja, kita pura-pura peduli. Cocok sih. Sepakat.

Kadang kelakuan atas kayak sinetron, tapi kita nontonnya kayak sinetron juga: rajin, setia, dan gak pernah protes ke penulis skenario.

Hebatnya, kita selalu merasa bukan bagian dari masalah. Padahal ya… siapa yang nyetel channel-nya?

Cermin itu nggak bohong, cuma sering retak. Tapi kalau tiap hari kita biarin yang retak makin lebar, ya jangan kaget kalau akhirnya yang kelihatan bukan wajah… tapi ilusi.

Jadi, pejabat salah? Iya.
Rakyat salah? Bisa jadi.
Yang pasti, negeri ini butuh lebih dari sekadar sindiran. Butuh sadar bareng-bareng.

Maret 06, 2025

Terwujud, Enggak Terwujud, Tetap Bersujud

Hidup adalah perjalanan yang penuh dengan harapan dan doa. Setiap manusia pasti memiliki impian, cita-cita, dan keinginan yang ingin dicapai. Ada yang terwujud sesuai harapan, ada pula yang tak kunjung menjadi nyata. Namun, dalam setiap keadaan—baik saat berhasil maupun gagal—kita diajarkan untuk tetap bersujud, tetap bersyukur, dan tetap percaya bahwa setiap ketetapan Tuhan adalah yang terbaik.

Ketika sesuatu yang kita harapkan akhirnya terwujud, itu adalah bentuk kasih sayang Tuhan yang memberikan apa yang kita butuhkan di waktu yang tepat. Rasa syukur tak hanya diekspresikan dalam kebahagiaan, tetapi juga dalam sujud yang penuh kerendahan hati.

Sebaliknya, ketika yang kita inginkan belum atau bahkan tidak terwujud, itu bukan berarti Tuhan tidak mendengar doa kita. Bisa jadi, ada sesuatu yang lebih baik yang tengah disiapkan-Nya, atau mungkin Dia ingin mengajarkan kita tentang kesabaran, keikhlasan, dan keteguhan hati. Di sinilah sujud menjadi wujud kepasrahan, keyakinan bahwa rencana-Nya lebih baik dari rencana kita.

Sebab pada akhirnya, hidup bukan hanya soal mendapatkan apa yang kita inginkan, tetapi juga tentang bagaimana kita tetap teguh dalam iman, tetap rendah hati dalam pencapaian, dan tetap bersujud dalam segala keadaan.

Maret 05, 2025

Motivasi Berpuasa di Bulan Ramadan

Ramadan adalah bulan penuh berkah, di mana setiap amal kebaikan dilipatgandakan pahalanya. Berpuasa bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga melatih kesabaran, keikhlasan, serta meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT.

Saat berpuasa, kita belajar untuk mengendalikan hawa nafsu, memperbanyak ibadah, dan lebih peduli terhadap sesama. Ini adalah kesempatan untuk memperbaiki diri, mendekatkan hati kepada Allah, serta memperbanyak doa dan dzikir.

Ingatlah bahwa setiap kesulitan dalam berpuasa akan berbuah pahala besar. Rasulullah SAW bersabda:

"Barang siapa berpuasa di bulan Ramadan dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)

Jadikan Ramadan sebagai momentum untuk memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas ibadah. Semoga kita semua diberikan kekuatan dan keistiqomahan dalam menjalankan puasa dengan penuh keikhlasan dan ketaatan.

Tetap semangat dan jadikan Ramadan ini lebih baik dari sebelumnya!

Maret 03, 2025

Mengasuh Anak di Tengah Kesepian dan Tekanan Finansial


Menjadi orang tua adalah perjalanan yang penuh cinta, tetapi juga bisa melelahkan, terutama ketika harus menjalani peran ini dengan perasaan kesepian dan tekanan finansial yang menghimpit. Banyak orang tua, terutama ibu, merasa kehilangan interaksi sosial setelah memiliki anak. Rutinitas sehari-hari yang berulang, seperti mengurus rumah, menyusui, atau mendampingi anak, sering membuat mereka merasa terisolasi dari dunia luar. Teman-teman mungkin sibuk dengan kehidupan masing-masing, dan kesempatan untuk sekadar berbincang dengan orang lain menjadi semakin jarang.

Di sisi lain, tekanan finansial menambah beban mental yang berat. Kebutuhan anak terus bertambah, sementara kondisi ekonomi kadang tidak sejalan dengan harapan. Biaya pendidikan, kesehatan, hingga kebutuhan pokok sering kali menjadi sumber stres. Ketika keuangan terbatas, orang tua mungkin merasa bersalah karena tidak bisa memberikan yang terbaik untuk anak mereka. Semua ini dapat menumpuk dan meledak dalam bentuk emosi yang tidak stabil—mudah marah, cepat frustrasi, atau kehilangan kesabaran terhadap hal-hal kecil.

Kesepian dan stres finansial adalah kombinasi yang bisa menguras ketahanan emosional. Saat tidak ada tempat untuk berbagi, semua beban terasa harus ditanggung sendiri. Akibatnya, anak-anak bisa menjadi pelampiasan ketegangan tanpa disadari.

Namun, menyadari perasaan ini adalah langkah pertama untuk mengatasinya. Mencari komunitas parenting, berbagi cerita dengan sesama orang tua, atau sekadar menghubungi teman lama bisa membantu mengurangi rasa kesepian. Untuk tekanan finansial, menerima kondisi dengan lebih lapang dan fokus pada solusi kecil—seperti mengatur keuangan lebih baik atau mencari peluang tambahan—dapat meringankan beban pikiran.

Anak-anak tidak membutuhkan orang tua yang sempurna, tetapi mereka butuh orang tua yang cukup bahagia untuk bisa memberi mereka cinta tanpa batas. Jadi, jangan ragu untuk mencari dukungan dan ruang untuk diri sendiri, karena kesehatan mental orang tua juga sama pentingnya dengan kebahagiaan anak.

Refleksi : Bahagia Menjadi Laki-Laki dalam Pandangan Allah

Hari ini, aku kembali diingatkan bahwa kebahagiaanku bukan pada seberapa besar rumahku, seberapa tinggi jabatanku, atau seberapa tebal isi d...