Jalan Sunyi Intelektual di Negeri yang Bising
Di negeri yang ramai bicara tentang kekuasaan, orang-orang yang berpikir jernih sering kali memilih diam. Bukan karena takut, tapi karena sadar: kata-kata mereka tak selalu didengar oleh mereka yang telinganya tertutup ambisi. Banyak orang bertanya, “Kenapa para intelektual tidak mau masuk politik atau pemerintahan?” Jawabannya tidak sesederhana karena jijik pada kekuasaan, tapi karena mereka paham — kekuasaan adalah ujian yang tak semua orang sanggup menanggungnya. Di ruang pikiran, kebenaran berdiri tegak oleh logika dan nurani. Tapi di panggung politik, kebenaran sering kalah oleh tepuk tangan dan amplop. Di sana, bukan siapa yang benar yang didengar, tapi siapa yang lebih pandai berjanji. Dan bagi sebagian intelektual, itu seperti menjual hati demi sorak sorai. Mereka lebih memilih jalan sunyi: menulis, mengajar, mendidik masyarakat agar sadar. Karena mereka percaya, bangsa tidak akan berubah lewat pidato politik, tapi lewat kesadaran rakyat yang tercerahkan. Mereka bekerja...